Advertisement
SINGARAJA (Duta-Bali.com) - Munculnya perbagai aspirasi yang muncul terkait Pembangunan Bandara Internasional Bali Utara yang sampai kini belum selasai mengalami diskusi di masyarakat. Meski dengan terang Menko perekonomian Luhut Binsar Panjaitan member sinyal terang pelaksanaan Ground Breaking.
Adalah mantan Bupati Buleleng dua periode Drs. Putu Bagiada MM, memberikan pendapatnya selaku tokoh yang dikenal sering membawa investor ke buleleng menyikapi simpang siur pembangunan bandara dengan lugas.
“Jelasnya, bahwa yang namanya pembangunan itu pertama diperhatikan capitalnya/kemampuan pendanaan, apakah itu dari budjet dalam negeri atau luar negeri sumbernya dari mana?,” ulasnya mencontoh proyek pembangunan simultan seperti pelabuhan Kapal Pesiar di Celukan Bawang.
Ditambahkan bahwa seyogyanya pembangunan juga jangan sampai dipolitisi, ” Harus jujur sebagai pemimpin kalau mau membangun jangan dipakai politik hal seperti ini, jangan jadi maling teriak maling karena kejujuran itu sangat mutlak bagi pemimpin baru bisa membangun. Pembangunan itu variabelnya banyak ada modal dan harus dibarengi dengan kekuatan intlektual daripada pemimpin itu sendiri serta disertai kepercayaan dari masyarakat maupun dari publik ” jelas Bagiada.
Mantan Bupati ini juga memberikan harapan agar seandainya pihak pemerintah dan kontraktor ingin membangun dengan melibatkan pihak asing, agar selalu menjaga trust atau kepercayaan terhadap calon investor.
Seperti diketahui bahwa sebelumnya, Melalui pertemuan 26 kelompok nelayan yang ada di Kubutambahan, didampingi pengurus LSM Komunitas Masyarakat Untuk Penegakan Hukum dan Keadilan (Kompak), pada Minggu (15/4) sore, puluhan nelayan yang hadir menyatakan menolak pembangunan bandara di wilayah Kubutambahan darat, dan mendukung pembangunan bandara di wilayah laut Kubutambahan.
Alasan nelayan Kubutambahan yang beranggotakan 600 orang, menolak rencana pembangunan bandara di “daratan” wilayah Kubutambahan, mengingat warga tidak menginginkan beberapa Pura maupun situs yang ada, digusur akibat pembangunan bandara di darat. Sehingga atas dasar itu, mereka sepakat mendukung pembangunan bandara di laut wilayah Kubutambahan yang diwakili oleh Ketua kelompok Nelayan Kadek setiaman.
Sehingga wajar jika kemudian mantan Bupati Bagiad lalu memberikan tiga alasan kuat terkait pro dan kontra pembangunan Bandara ini dari berbagai sisia pertimbangan yakni, bahwa Pertama Ada kekhawatiran dari para penanam modal untuk investasi di Buleleng, pusat saja masih berpikir bajet negara dari mana mau diambilkan dan kedua justru ada wacana di Buleleng Air Port Ngurah Rai dimulai diperluas dan layak dipakai secara Internasional. Ketiga juga ada kepentingan dari para pengusaha-pengusaha Bali selatan hadirnya Bandara di Buleleng ada juga orang- orang yang kepentingan menggagalkan serta kepentingan politik.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar